1.
Masa Berburu dan Mengumpulkan
Makanan
Pada kehidupan berburu dan meramu tahap awal, penguasaan manusia
terhadap teknologi masih sangat sederhana dan berkaitan erat dengan kebutuhan
dasar manusia pada saat itu. Pembuatan alat-alat dari bahan batu, kayu, maupun
tulang-tulang hewan masih sangat sederhana dalam bentuk maupun cara
pembuatannya. Alat-alat di buat dari batu kwarsa, batu kapur, dan batu kali
yang dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dihaluskan. Pembuatan alat batu
dikerjakan dengan teknik pemotongan monofasial
(memiliki satu permukaan) dan bifacial
(memiliki dua permukaan). Selain batu, alat-alat batu juga terbuat dari
tulang dan kayu.
Dalam kegiatan berburu dan meramu dilakukan cara-cara dengan alat-alat
yang diciptakan secara sederhana. Alat-alat seperti gada dari kayu atau tulang,
tombak dari kayu, dan jebakan-jebakan. Cara-cara lain dengan membuat jebakan
lubang-lubang di tanah atau dengan cara menggiring hewan buruan ke arah jurang
yang terjal.
Dengan melihat ciri-ciri tertentu, alat-alat yang terbuat dari batu
dapat digolongkan menjadi empat, yaitu:
- Kapak Perimbas
Kapak perimbas mempunyai ciri-ciri
antara lain bagian tajamnya berbentuk cembung atau lurus dengan memangkas satu
sisi pinggiran batu dan kulit batu masih melekat di permukaan.
- Kapak Penetak
Kapak penetak mempunyai ciri-ciri
ketajamannya dibentuk liku-liku dengan cara penyerpihan yang dilakukan
berselang-seling pada kedua sisi
ketajamannya.
- Pahat Genggam
Pahat genggam mempunyai ciri-ciri sisi
tajamnya berbentuk terjal mulai dari permukaan atas batu sampai pinggirannya
dan dibuat juga dengan cara penyerpihan.
- Kapak Genggam Awal
Kapak genggam awal mempunyai ciri-ciri
bentuknya meruncing dan kulit batu masih melekat pada pangkal alatnya serta
tajamannya dibentuk melalui pemangkasan pada satu permukaan batu.
Dari empat jenis utama kapak itu masih terdapat
jenis-jenis lain dengan bentuk dan variasinya sendiri. Misalnya jenis kapak
perimbas tipe setrika, kura-kura, dan serut samping di daerah Punung (Pacitan),
Sementara itu, alat-alat serpih yang paling umum ditemukan mempunyai ciri-ciri
kerucut pukulnya menonjol dan dataran pukulnya lebar dan rata. Ciri-ciri
tersebut digolongkan ke dalam jenis-jenis alat serpih sederhana. Temuan
alat-alat serpih di Indonesia juga menunjukan variasinya, bahkan terdapat
beberapa alat serpih yang menunjukan teknik pembuatan yang lebih maju.
Pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut, mereka sudah
mulai menetap di goa-goa. Mereka akan berpindah tempat jika persediaan makanan
dan binatang buruan di sekitar goa sudah tidak mencukupi lagi atau terjadi
bencana alam.
Untuk memperoleh bahan-bahan makanan mereka membuat
alat-alat dari batu, tulang, tanduk, dan lain-lain. Alat-alat dari tulang dan
tanduk digunakan untuk mengorek umbi-umbian dan mengelupas kulitnya. Alat-alat
tulang juga digunakan sebagai alat penusuk, pisau atau belati. Selain itu
alat-alat tulang yang diruncingkan juga dijadikan mata tombak untuk berburu.
Manusia pada masa ini sudah melakukan upaya menjinakan anjing untuk berburu.
Hal itu terlihat dari temuan gigi anjing di goa Cokondo Sulawesi Selatan.
2.
Masa Bercocok Tanam
Pada masa bercocok tanam, teknologi pembuatan alat-alat bantu kehidupan
mengalami kemajuan pesat. Mereka sudah menguasai pengetahuan dan teknologi yang
berkaitan dengan usaha pertanian mereka. Teknologi pengairan sederhana pada
waktu itu kemungkinan sudah dikuasai. Begitu juga pengetahuan iklim dengan
memahami tanda-tanda alam untuk mengetahui kapan musim hujan dan kapan musim
kemarau. Pengetahuan mengenai musim ini sangat penting bagi usaha bercocok
tanam mereka.
Melihat alat-alat yang mereka kuasai, terutama kapak, dan terdapatnya
bukti-bukti bahwa mereka sudah mengenal dan menemukan api, kemungkinan mereka
sudah mengembangkan transportasi air. Semula bentuk transportasi air yang
digunakan adalah rakit yang pembuatannya tidak terlalu sulit. Sedangkan
teknologi pembuatan kayu muncul kemudian ketika manusia sudah dapat menguasai
api dan mengembangkan kapak batu bertangkai. Dalam membuat perahu dilakukan
secara bersama-sama. Yaitu dengan cara memotong batang kayu kemudian dibakar
sedikit bagian tengahnya lalu dibuat lubang cekung dengan menggunakan kapak.
Hal itu dilakukan berulang-ulang sampai terbentuk lubang besar di tengah-tengah
kayu.
Masa bercocok tanam ini ditandai dengan berkembangnya kemahiran
mengasah alat-alat batu dan pembuatan gerabah. Alat yang diasah adalah kapak
batu dan beliung serta mata panah dan mata tombak. Alat-alat batu yang
merupakan beliung persegi merupakan alat yang paling umum digunakan pada masa
itu. Hal itu terlihat dari temuan-temuan alat batu yang ditemukan yang tersebar
di beberapa tempat terutama kawasan bagian barat Indonesia. Adapun hasil-hasil
perkembangan teknologi pada masa bercocok tanam diantaranya:
-
Gerabah
3.
Masa Perundagian
Pada masa perundagian, kemampuan cara berpikir dan peningkatan
kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari pun meningkat. Kebiasaan dan teknik
membuat perkakas juga berkembang dengan pemakaian barang-barang yang dibuat
dari bahan logam muncul. Dengan pengenalan terhadap perkakas dari logam itu
maka mulailah orang-orang Indonesia menginjak babak baru. Secara
berangsur-angsur tradisi pemakaian alat-alat atau perkakas dari batu mulai
ditinggalkan orang. Dengan demikian, bangsa Indonesia mulai menginjak zaman
logam.
Pada zaman perundagian ini dikenal teknik pembuatan alat-alat logam
yaitu:
-
A Cire Perdue (cetakan lilin)
-
Bivalve (cetakan dua setangkup)
No comments:
Post a Comment