Diantara
alat-alat bantu yang paling menonjol pada masa bercocok tanam di Indonesia
adalah beliung persegi. Persebaran beliung persegi dan beberapa variasiya
terdapat di daerah
-
Sumatra diantaranya Bengkulu, Palembang,
Lampung,
-
Jawa diantaranya Banten, Bogor, Cibadak,
Bandung, Tasikmalaya, Cirebon, Pekalongan, Banyumas, Semarang, Kedu,
Yogyakarta, Wonogiri, Punung, Surabaya, Madura, Malang, Besuki
-
Kalimantan
-
Sulawesi
-
Bali
-
Solor
-
Adanora
-
Ternate
-
Maluku
-
Sangihe
-
Taulud
Beberpa
tempat seperti Tasikmalaya, Bogor, Punung, dan Palembang diperkirakan sebagai
tempat pembuatan dan perbaikan beliung persegi.
Pada umumnya
beliung ini berbentuk memanjang dengan penampang intang persegi. Bagian pangkalnya
tidak diasah sebagai tempat ikatan tangkai. Ukuran dan bentuknya bermacam-macam
tergantung pada penggunaannya. Yang paling kecil kurang lebih 4 cm dan yang
paling besar sekitar 25 cm, dipergunakan untuk mengerjakan kayu. Bahan batuan
yang digunakan dalam pembuatan beliung itu pada umumnya berupa batu kalsedon,
agat, chert, jaspis, dan sebagainya. Beliung batu oleh kalangan penduduk petani
di beberapa tempat disebut “gigi halilintar” atau “gigi guntur”.
Ada
bermacam-macam variasi yang kita kenal dari beliung persegi. Variasi yang
paling umum ialah “belincung” yaitu berpunggung tinggi. Karena bentuk punggung
tersebut, maka penampang lintangnya menjadi bentuk segitiga, segilima, atau
setengah lingkaran. Variasi ini kebanyakan ditemukan di Jawa, Sumatra,
Kalimantan, dan Bali. Beliung-beliung yang ditemukan dalam keadaan utuh diduga
mempunyai fungsi magis dan atau dipergunakan sebagai alat tukar dalam sistem
perdagangan sederhana.
No comments:
Post a Comment