Home

Saturday, September 22, 2018

PERKEMBANGAN SISTEM KEPERCAYAAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA



Munculnya suatu kepercayaan biasanya dilatarbelakangi oleh kesadaran adanya jiwa yang berbentuk abstrak. Di dalam pikiran manusia jiwa-jiwa tersebut ditransformasikan menjadi makhluk-makhluk halus atau roh halus. Mereka percaya bahwa makhuk-makhluk itu berada di sekeliling tempat tinggal manusia. Dalam kehidupan manusia, makhluk-makhluk halus mendapat perlakuan yang istimewa dan tempat-tempat yang sangat penting yang kemudian dijadikan obyek-obyek pemujaan. Sementara itu, suatu kepercayaan dapat juga muncul karena getaran jiwa atau emosi, yang muncul karena kekaguman manusia terhadap hal-hal yang luar biasa. Kekuatan tersebut tidak dapat diterangkan oleh akal, dan berada diatas kekuasaan manusia. Kekuatan seperti itu dikenal dengan kekuatan Adikodrati.

Dengan adanya jiwa dan kekuatan Adikodrati itu, manusia perlu mengadakan tindakan-tindakan berupa upacara-upacara atau ritual. Tindakan-tindakan itu dimaksudkan sebagai upaya untuk mengatasi hal-hal yang tidak dapat diselesaikan oleh naluri atau akalnya. Kepercayaan manusia tidak terbatas pada dirinya saja. Akan tetapi juga pada benda-benda dan tumbuhan-tumbuhan yang ada di sekitarnya. Dan keyakinan itu kemudian menyadari bahwa makhluk halus atau roh memiliki wujud nyata dan sifat yang mendua, yaitu sifat baik dan sifat jahat. Dalam perkembangan berikutnya, keyakinan itu mendasari munculnya tokoh-tokoh dewa.

Kalau kita perhatikan lukisan-lukisan yang terdapat pada dinding-dinding goa. Pada masa manusia ketika bertempat tinggal di goa-goa. Ternyata lukisan-lukisan itu tidak hanya memiliki nilai estetika. Tetapi juga mengandung makna etika dan magis. Beberapa ahli menyimpulkan bahwa cap-cap tangan dengan latar belakang cat warna merah memiliki arti kekuatan atau simbol dari kekuatan pelindung dari roh-roh jahat. Beberapa lukisan di Irian Jaya mempunyai kaitan dengan upacara penghormatan nenek moyang, meminta hujan, dan kesuburan serta untuk memperingati peristiwa yang amat sangat penting.

Kepercayaan dalam masyarakat purba sudah tumbuh dan berkembang sejak dahulu. Salah satu aspek yang dapat dikaitkan dengan kepercayaan adalah berupa peninggalan-peninggalan megalitik. Kepercayaan pada masyarakat purba dibedakan sebagai berikut:

1.       Animisme, Kepercayaan masyarakat purba terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal dunia. Menurut mereka, arwah nenek moyang selalu memperhatikan dan melindungi mereka, tetapi juga akan menghukum mereka jika melanggar peraturan-peraturan adat. Dengan demikian, orang tua yang mengetahui dan menguasai adat nenek moyang akan menjadi pemimpin masyarakat atau ketua adat.

2.       Dinamisme, Kepercayaan bahwa semua benda memiliki kekuatan ghaib, seperti gunung batu, dan api. Bahkan benda-benda manusia juga memiliki kekuatan ghaib seperti patung, keris, tombak, dan jimat. Sesungguhnya proses-proses pembuatan benda-benda megalithik seperti menhir, arca, sarkofagus, dolmen, punden berundak, kubur peti batu, dan dolmen semu atau pandhusa didasari dengan keyakinan bahwa pada luar diri manusia ada kekuatan lain. Dilandasi anggapan menhir dan arca, sebagai lambang dan takhta pesemayaman roh leluhur, kedua jenis peninggalan tersebut digunakan sebagai sarana pemujaan terhadap roh nenek moyang, Dolmen dan Punden Berundak digunakan sebagai tempat upacara. Pendirian Punden Berundak juga berdasarkan arah mata angin yang memiliki kekuatan ghaib atau tempat-tempat yang dianggap sebagai tempat bersemayamnya roh nenek moyang.

3.       Totemisme, Kepercayaan atas dasar keyakinan bahwa binatang-binatang tertentu merupakan nenek moyang suatu masyarakat atau orang-orang tertentu. Binatang-binatang yang dianggap sebagai nenek moyang antara orang yang satu dengan orang yang lainnya berbeda, begitu pula dengan kelompok masyarakat yang satu dengan yang lainnya. Biasanya binatang-binatang yang dianggap nenek moyang tidak boleh diburu dan dimakan, kecuali untuk keperluan upacara tetentu.

Perkembangan sistem kepercayaan masyarakat awal Indonesia diuraikan lebih lanjut sesuai pada masa-masanya:


No comments:

Post a Comment