Pada
masa bercocok tanam, kepercayaan masih sama namun sudah lebih meningkat
dibandingkan masa sebelumnya. Pada masa ini dilakukan upacara-upacara
penghormatan terhadap roh nenek moyang. Upacara yang paling mencolok adalah
upacara pada waktu penguburan terutama bagi mereka yang dianggap terkemuka oleh
masyarakat. Orang yang mati biasanya dibekali dengan berbagai macam perhiasan
yang dipakai sehari-hari yang dikubur bersama. Maksudnya adalah agar roh yang
meninggal tidak tersesat dalam perjalanan menuju ke tempat arwah nenek moyang atau
asal-usulnya. Jika tempat sebagai tempat arwah terlalu jauh atau sukar dicapai,
maka orang yang mati cukup dikuburkan di suatau tempat dengan meletakan
badannya mengarah ke sebuah tempat yang dimaksud sebagai tempat roh tersebut.
Pada
masa bercocok tanam, orang yang meninggal dunia mendapat penghormatan khusus.
Dibuktikan dengan banyaknya benda-benda yang berupa susunan batu besar dalam
berbagai bentuk dan biasanya disebut bangunan Megalithikum. Bangunan megalithik
tersebar hampir di seluruh kepualuan di Indonesia. Bentuk bangunan yang
bermacam-macam itu mempunyai maksud utama yaitu pemujaan terhadap arwah nenek
moyang. Bangunan yang paling tua mungkin berfungsi sebagai kuburan.
Bentuk-bentuk tempat penguburan dapat berupa dolmen, peti batu, bilik batu,
sarkofagus, kalamba atau bejna batu, waruga, batu kandang dan temu gelang. Di
tempat-tempat penguburan seperti itu kadang-kadang ditemukan bangunan batu
besar lainnya sebagai pelengkap pemujaan terhadap roh nenek moyang seperti
menhir, patung nenek moyang, batu saji, batu lesung atau lumpang, batu dakon,
punden berundak, pelinggih batu atau jalanan batu.
Beberpa
jenis bentuk kuburan mengalami perkembangan pada fungsinya, misalnya domen
mengalami variasi bentuk, yaitu dibuat untuk pelinggih roh atau tempat sesaji.
Dolmen yang berkembang menjadi pelinggih diantara masyarakat megalithik yang
telah maju digunakan sebagai tempat duduk kepala-kepala suku atau raja-raja
yang masih hidup.
Tradisi
mendirikan bangunan-bangunan megalithikum selalu berhubungan dengan kepercayaan
akan adanya hubungan antara yang hidup dan yang telah mati. Terutama
kepercayaan kepada adanya pengaruh yang kuat dari orang yang telah meninggal
terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanaman. Bangunan-bangunan
besar yang didirikan menjadi media penghormatan, tahta kedatangan sekaligus
menjadi lambang orang yang sudah meninggal. Bangunan-banguan megalithikum
tersebar di daerah-daerah asia tenggara yang sisa-sisanya dapat ditemukan di
daerah-daerah Laos, Tonkin, Indonesia, Pasifik sampai Polinesia.
No comments:
Post a Comment