Kepercayaan
pada masa perundagian merupakan kelanjutan kepercayaan pada masa bercocok
tanam. Pada masa perundagian terdapat kepercayaan bahwa arwah nenek moyang
mempunyai pengaruh besar terhadap perjalanan hidup manusia dan masyarakatnya.
Karena itu arwah nenek moyang harus selalu diperhatikan dan dipuaskan melalui
upacara-upacara. Benda upacara terbuat dari perunggu. Upacara-upacara dilakukan
sesuai tempat tinggalnya dan intinya sama, yaitu penghormatan dan pemujaan
kepada leluhur. Orang-orang memuja roh nenek moyang untuk meminta perlindungan.
Upacara-upacara tersebut sangat erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat.
Banyaknya peninggalan bangunan untuk pemujaan pada masa perundagian menunjukan
bahwa kedudukan kepercayaan saat itu sangatlah penting.
Pada
masa perundagian, untuk berhadapan atau bertemu langsung dengan nenek moyang maka
dibuatkanlah patung-patung nenek moyang. Pada patung-patung itulah roh nenek
moyang bersemayam. Cara lain untuk bertemu adalah dengan jalan memanggilnya.
Orang yang dapat memanggil roh adalah dukun (saman). Praktek itu disebut
samanisme. Roh nenek moyang disebut juga hyang (eyang).
No comments:
Post a Comment