KEHIDUPAN BUDAYA AWAL
MASYARAKAT INDONESIA
1. Masa Berburu dab
Mengumpulkan Makanan
Pada masa ini
budaya yang mereka hasilkan diantaranya lukisan – lukisan di gua-gua tempat
tinggal mereka atau didindang karang. Misalnya, di Leang Pattae Sulawsi Selatan
di temukan lukisan cap-cap tangan dengan jari-jarinya direntangkandengan
ditaburi cat merah. Juga lukisan seekor babi rusa yang melompat dengan panah di
bagian jantungnya. Babi rusa digambarkan dengan garis-garis warna merah.
Lukisan tersebut bermakna sebagai harapan agar mereka berhasil dalam berburu di
hutan.
Dalam
lukisan-lukisan itu mengandung nilai-nilai estetika dan magis. Lukisan cap-cap
tangan dengan dasar warna merah mengandung arti kekuatan atau simbol kekuatan
pelindung untuk mencegah roh-roh jahat. Sedangkan cap tangan dengan jari yang
tidak lengkap dianggap sebagai tanda adat berkabung. Lukisan-lukisan tersebut
juga mengandung arti sebagai upacara penghormatan terhadap nenek moyang,
upacara kesuburan, untuk meminta hujan, dan sebagainya.
Sementara itu
di gua-gua Pulau Muna daerah Sulawesi Tengah, bentuk lukisan yang ditemukan
beranekaragam. Misalnya manusia yang menunggang kuda, memegang tombak atau
pedang, kuda, rusa, anjing, buaya, matahari, dan perahu layar. Warna lukisannya
didominasi warna coklat.
Di Maluku
juga ditemukan lukisan-lukisan di dinding gua dan batu karang. Berwarna merah
dan putih berbentuk cap tangan, kadal, manusia dengan membawa perisai berwarna
merah, lukisan burung, dan perahu berwarna putih. Dijumpai pula lukisan orang
sedang menari dan berkelahi serta lukisan manusia bertopeng atau lukisan wajah.
Alam
kepercayaan pada masa itu terlihat juga dalam upacara penguburan mayat.
Diantara mayat-mayat itu ada yang ditaburi dengan cat-cat merah yang berupa
butiran. Cat-cat merah ini diduga berhubungan erat dengan upacara pemakaman.
Dengan maksud memberikan kehidupan baru dialam baka. Bukti-bukti tentang
penguburan ditemukan di gua Lawa (Sampung), di gua Sodong, dan Bukit Kerang
Sulawesi Utara.
2. Masa Bercocok Tanam
Pada masa ini
manusia sudah memperhatikan tentang kesenian dan keindahan. Ekpresi keindahan
tersebut dituangkan dalam bentuk seni lukis dengan media dinding-
dinding guat atau permukaan batu. Ditemukannya kulit kerang yang digunakan
sebagai kalung, gelang-gelang dari batu-batu indah dan manik-manik merupakan
bukti akan hal itu.
Ekpresi
keindahan bertambah variasinya seiring dengan perkembangan teknik tuang logam
dan pembuatan gerabah, dalam aspek seni muncul seni lukis dalam bentuk seni
lukis relief dengan media permukaan batu, dan seni patung yang diwujudkan dalam
bentuk patung menhir atau patung-patung megalitik (batu besar) lainnya. Seni
rupa yang berkembang sangat dipengaruhi nilai-nilai magis-religius
(kepercayaan).
Seni relief
ditemukan pada dinding kubur megalitik, seperti sarkofagus atau dolmen. Di Jawa
sarkofagus dan dolmen yang memiliki relief ditemukan di Tegal Ampel di
Bondowoso, Jawa Timur dan Tegalang-Bali.
Objek lukisan
relief tersebut berbentuk manusia, binatang, dan pola-pola geometris. Dari
ketiga obyek tersebut, obyek manusia yang paling banyak dilukiskan. Contohnya
relief yang terdapat di sarkofagus di Bondowoso terdiri dari lima manusia dan
binatang. Serta objek lukisan berbentuk manusia juga terdapat pada tutup dolmen
yang ditemukan di Tlogosari, Bondowoso.
Seni patung
baik dari batu maupun perunggu umumnya berupa figur manusia dan binatang.
Patung batu pada masa itu dibuat dengan tehnik pahat sederhana yang pahatannya
dilakukan pada bagian tertentu saja, yaitu wajah atau tangan. Kesedrahanaan itu
juga tampak dalam penggarapannya yang agak kasar dan terkesan kaku.Hal ini
dapat dipahami karena latarbelakang pembuatan patung pada masa tersebut, adalah
untuk pemujaan nenek moyang dan di tempatkan di dekat kubur.
3. Masa Perundagian
Masa
Perundagian merupakan masa perubahan besar dalam hasil-hasil kebudayaan.
Manusia Indonesia telah banyak menciptakan hasil-hasil kebudayaan, terutama
yang berwujud benda dan alat-alat dengan teknologi sederhana guna mengolah
sumber daya alam.
Masa perundagian
dibagi menjadi tiga zaman yaitu zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman besi.
Tetapi telah kita ketahui di Asia Tenggara, khususnya Indonesia tidak dikenal
adanya zaman tembaga. Hal ini dibuktikan dengan tidak ditemukannya
artefak-artefak yang dibuat dari tembaga. Sehingga, di Indonesia hanya dikenal
zaman perunggu dan zaman besi.
Perkembangan
kebudayaan perunggu di Indonesia berkembang beberapa abad sebelum masehi.
Menurut Von Heine Gudern pendukung kebudayaan perunggu datang ke Indonesia
kurang lebih 500 tahun sebelum masehi. Sebagai nenek moyang bangsa Indonesia
yang disebut Dentero Melayu atau Melayu Muda dan sebelumnya Proto Melayu atau
Melayu Tua pada zaman Neolithikum.
Benda-benda
perunggu yang ditemukan di Indonesia menunjukan danya kesamaan dengan penemuan
di Dongson, yakni mengenai bentuk dan ragam hiasnya. Dari kesamaan tersebut
kemudian menimbulkan dugaan, bahwa dalam pengembangan kebudayaan perunggu di
Indonesia terdapat hubungan dengan di Dongson (Vietnam). Hal ini didukung oleh
pendapat bahwa kebudayaan perunggu berasal dari daratan Asia yang disebut
kebudayaan Dongson. Pada masa ini seni kerajinan muncul dalam bentuk perhiasan,
benda-benda upacara, dan benda-benda keperluan sehari-hari. Bahan yang
digunakan dalam kerajinan itu adalah batu, kulit, kerang, tanah liat, perunggu,
besi, emas, dan kaca. Bahan-bahan yang berbeda itu menunjukan adanya tingkat
teknologi dan ketrampilan pembuatannya.
Pada masa
perundagian telah banyak hasil-hasil kebudayaan yang bernilai tinggi. Yaitu
berwujud ide atau gagasan, norma-norma atau peraturan, dan aktifitas sosial
maupun dalam wujud kebendaan. Sebagian besar hasil-hasil kebudayaan tersebut
berwujud benda-benda berupa peralatan, dan sedikit sekali hasil kebudayaan pada
masa ini yang berwujud norma atau peraturan. Hal tersebut dikarenakan pada masa
perundagian ini manusia telah mengenal teknologi yang bersifat lebih modern dan
memiliki keahlian untuk membuat alat-alat tersebut.
Pada masa
perundagian kemahiran membuat alat-alat semakin berkembang sebagai akibat
terbentuknya golongan-golongan pada masyarakat yang bertugas secara khusus
membuat alat-alat. Pada zaman ini teknologi pembuatan benda-benda makin
meningkat, terutama setelah ditemukannya campuran antara timah dan tembaga yang
menghasilkan logam perunggu.
No comments:
Post a Comment