Pada
zaman prasejarah daerah kawasan Asia Tenggara merupakan satu kesatuan daeah
kebudayaan, yaitu jenis kebudayaan batu muda (neolithikum) dengan pusatnya di
Bachson dan Hoa-Bhin, dan jenis kebudayaan perunggu dengan pusat di Dongson.
Kebudayaan
neolith dari Bachson dan Hoa-Bhin ini sisa-sisanya banyak ditemukan dalam
bentuk kapak lonjong dan kapak persegi, pebble (Kapak Sumatra) dan kapak
genggam, serta dalam bentuk perhiasan-perhiasan dari jenis batu
indah.kebudayaan ini oleh Madame Madelene Colani, seorang ahli pra sejarah Prancis dinamakan kebudayaan
Bachson Hoa-Bhin. Penyelidikan menunjukan bahwa di daerah tersebut diduga
merupakan pusat kebudayaan hidup menetap (Mesolithikum) Asia Tenggara, dan dari
situ tersebar ke berbagai jurusan.
Selain
kebudayaan juga ditemukan banyak tulang-tulang manusia. Ternyata pada waktu itu
daerah tersebut didiami oleh dua golongan, yakni jenis ras Papua Melanesoid dan
jenis ras Europeid. Namun ada pula jenis ras Mongoloid dan ras Austroloid. Ras
Papua Melanosoid ini mempunyai penyebaran yang paling luas di daerah selatan,
yakni di Hindia Belakang, Nusantara, sampai di pulau-pulau Lautan Teduh. Bangsa
inilah yang berkebudayaan alat-alat Mesolithikum yang belum diasah (pebbles),
sedangkan kecakapan mengasah (proto-neolithikum) rupa-rupanya hasil pengaruh
dari ras Mongoloid yang sudah lebih tinggi peradabannya.
Sejalan
dengan penyebaran ras Melanesoid ke wilayah selatan, maka kebudayaan neolith
ini pun terbawa pula sehingga sisa alat-alat ini banyak ditemukan di Nusantara,
Filipina, Formusa, Melanesia, Micronesia, dan kepulauan di Lautan Teduh.
Demikian juga kebudayaan Perunggu dari Dongson, sisa-sisanya pun yang berupa
nekara, bejana perunggu, kapak corong, moko, dan sebagainya banyak dijumpai di Asia Tenggara termasuk di
Indonesia.
Mengenai
umur kebudayaan Dongson, semula Victor Goloubew (penyelidik pertama)
berpendapat bahwa kebudayaan perunggu tersebut berkembang sejak abad pertama
sebelum masehi. Pendapatnya berdasarkan atas penemuan berbagai mata uang
Tionghoa zaman Han sekitar tahun 100
sebelum masehi yang didapatkan di kuburan-kuburan di Dongson. Anehnya, di situ
juga ditemukan nekara-nekara tiruan kecil, dari perunggu pula. Rupa-rupanya
nekara-nekara kecil itu diberikan kepada orang yang meninggal sebagai bawaan ke
akherat. Tentu saja nekara tiruan itu dibuatnya lama setelah nekara betulan
ada. Kalau nekara bekal mayat itu sama umumnya dengan mata uang zaman Han,
bekal mayat juga. Maka nekara harus sudah dibuat sebelum 100 SM. Maka menurut
Heine Geldern kebudayaan Dongson tersebut paling muda berasal dari tahun 300
SM. Pendapat ini diperkuat lagi dengan hasil penyelidikan hiasan-hiasan nekara
di Dongson yang ternyata tidak ada persamaannya persamaannya dengan
hiasan-hiasan Cina pada zaman Han.
No comments:
Post a Comment