Home

Sunday, September 23, 2018

PERADABAN ASIA : PERADABAN BACHSON, HOA-BIHN, DAN DONGSON


Related imagePada zaman prasejarah daerah kawasan Asia Tenggara merupakan satu kesatuan daeah kebudayaan, yaitu jenis kebudayaan batu muda (neolithikum) dengan pusatnya di Bachson dan Hoa-Bhin, dan jenis kebudayaan perunggu dengan pusat di Dongson.

Kebudayaan neolith dari Bachson dan Hoa-Bhin ini sisa-sisanya banyak ditemukan dalam bentuk kapak lonjong dan kapak persegi, pebble (Kapak Sumatra) dan kapak genggam, serta dalam bentuk perhiasan-perhiasan dari jenis batu indah.kebudayaan ini oleh Madame Madelene Colani, seorang ahli  pra sejarah Prancis dinamakan kebudayaan Bachson Hoa-Bhin. Penyelidikan menunjukan bahwa di daerah tersebut diduga merupakan pusat kebudayaan hidup menetap (Mesolithikum) Asia Tenggara, dan dari situ tersebar ke berbagai jurusan.

Selain kebudayaan juga ditemukan banyak tulang-tulang manusia. Ternyata pada waktu itu daerah tersebut didiami oleh dua golongan, yakni jenis ras Papua Melanesoid dan jenis ras Europeid. Namun ada pula jenis ras Mongoloid dan ras Austroloid. Ras Papua Melanosoid ini mempunyai penyebaran yang paling luas di daerah selatan, yakni di Hindia Belakang, Nusantara, sampai di pulau-pulau Lautan Teduh. Bangsa inilah yang berkebudayaan alat-alat Mesolithikum yang belum diasah (pebbles), sedangkan kecakapan mengasah (proto-neolithikum) rupa-rupanya hasil pengaruh dari ras Mongoloid yang sudah lebih tinggi peradabannya.

Sejalan dengan penyebaran ras Melanesoid ke wilayah selatan, maka kebudayaan neolith ini pun terbawa pula sehingga sisa alat-alat ini banyak ditemukan di Nusantara, Filipina, Formusa, Melanesia, Micronesia, dan kepulauan di Lautan Teduh. Demikian juga kebudayaan Perunggu dari Dongson, sisa-sisanya pun yang berupa nekara, bejana perunggu, kapak corong, moko, dan sebagainya  banyak dijumpai di Asia Tenggara termasuk di Indonesia.

Mengenai umur kebudayaan Dongson, semula Victor Goloubew (penyelidik pertama) berpendapat bahwa kebudayaan perunggu tersebut berkembang sejak abad pertama sebelum masehi. Pendapatnya berdasarkan atas penemuan berbagai mata uang Tionghoa zaman Han sekitar tahun  100 sebelum masehi yang didapatkan di kuburan-kuburan di Dongson. Anehnya, di situ juga ditemukan nekara-nekara tiruan kecil, dari perunggu pula. Rupa-rupanya nekara-nekara kecil itu diberikan kepada orang yang meninggal sebagai bawaan ke akherat. Tentu saja nekara tiruan itu dibuatnya lama setelah nekara betulan ada. Kalau nekara bekal mayat itu sama umumnya dengan mata uang zaman Han, bekal mayat juga. Maka nekara harus sudah dibuat sebelum 100 SM. Maka menurut Heine Geldern kebudayaan Dongson tersebut paling muda berasal dari tahun 300 SM. Pendapat ini diperkuat lagi dengan hasil penyelidikan hiasan-hiasan nekara di Dongson yang ternyata tidak ada persamaannya persamaannya dengan hiasan-hiasan Cina pada zaman Han.

No comments:

Post a Comment